Kisah Pernikahan Rasulullah dan Ummu Salamah di Bulan Syawal

スキンケア
スポンサーリンク

Wanita rupawan ini dikenal sebagai Ummu Salamah . Nama lengkapnya Hindun binti Hudzaifah (Abu Umayyah) bin Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum, dari Bani Makhzum. Salamah adalah nama putranya. Selain cantik, Sayyidah Ummu Salamah dikenal cerdas. Beliau lahir 24 tahun sebelum hijrah dan wafat pada tahun 61 H. Ayahnya adalah seorang Quraisy yang dikenal sangat dermawan. Sayyidah Ummu Salamah menikah dengan putra pamannya, yaitu Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Makhzum al-Qurasyi lebih dikenal dengan Abu Salamah. Sang suami adalah seorang sahabat yang mulia. Yang pertama-tama memeluk Islam dan merasakan musibah yang besar akibat keislamannya. Beliau putra dari bibi Rasulullah. Ibunya bernama Barrah binti Abdul Muthalib.

Abu Salamah tercatat sebagai orang pertama dari sahabat Rasulullah dari Bani Makhzum yang hijrah ke Madinah. Ia berhijrah satu tahun sebelum peristiwa Baiat Aqobah. Jauh sebelum hijrah ke Madinah, Abu Salamah dan Sayyidah Ummu Salamah radhiallahu ‘anha (ra) berhijrah ke Habasyah. “Ketika kami sampai di Habasyah, penduduknya memperlakukan kami dengan sangat baik. Kami aman berada di atas agama kami. Kami tidak mendapat gangguan saat beribadah kepada Allah. Saat hal ini sampai kepada Quraisy, mereka mengirim hadiah kepada An-Najasyi. Mereka bawakan kulit (hewan) yang banyak,” ujar Sayyidah Ummah Salamah berkisah. Di Habasyah Ummu Salamah melahirkan tiga orang anak; Zainab, kemudian Salamah, Durrah, dan Umar. Selanjutnya, Abu Salamah mudik ke Mekkah menemui Rasulullah. Setibanya di Mekkah, keadaan belum berubah. Orang-orang Quraisy masih saja menyakiti kaum muslimin. Di sisi lain, ia mendengar kalau di Madinah sudah terdapat kaum muslimin, ia pun berencana hijrah ke sana. Dalam peristiwa ini Ummu Salamah, mengalami penderitaan yang sangat berat. “Saat Abu Salamah telah mantap untuk hijrah ke Madinah, ia membawakan untanya untuk kunaiki,” tutur Ummu Salamah. Bersama putranya, Salamah bin Abu Salamah, mereka berangkat. Sekelompok laki-laki dari bani al-Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum (keluarga Ummu Salamah) mendekati mereka dan berkata, “Tentang dirimu, kami sudah menyerah. Lalu bagaimana dengan istrimu ini? Apakah kau pikir kami akan membiarkannya pergi bersamamu ke daerah lain?” ujar kerabat Ummu Salamah itu kepada Abu Salamah. Akhirnya, Ummu Salamah dan putranya ditahan oleh keluarganya. “Mereka melepaskan tali kekang onta dari tangan suamiku. Mereka merebutku darinya,” ujar Ummu Salamah. Mengetahui kejadian ini, bani Abdul Asad, yakni saudara Abu Salamah pun murka. Mereka berkata, “Tidak, demi Allah. Kami tak akan membiarkan anak kami (karena nasab itu dari jalur ayah) berada di sisi ibunya. Karena kalian telah memisahkan ibunya dari saudara kami”. “Mereka pun berebut menarik anakku Salamah, hingga mereka melepaskan tarikannya. Bani Abdul Asad pun membawanya pergi. Aku ditahan oleh keluargaku, Bani al-Mughirah. Sementara suamiku pergi ke Madinah,” lajut Ummu Salamah.

Ummu Salamah melanjutkan kisahnya. “Aku terpisah dari suami dan anakku. Selama hampir setahun, setiap pagi aku pergi ke ujung Kota Mekkah dengan deraian air mata. Sampai akhirnya seorang laki-laki dari putra pamanku melihatku. Ia melihat keadaanku dan merasa iba. Ia berkata kepada Bani al-Mughirah: “Apakah kalian tak membiarkan saja dia pergi? Kalian telah pisahkan ia dengan suami dan anaknya.” Keluarga Bani al-Mughirah akhirnya melunak dan berkata pada Ummu Salamah, “Susullah suamimu jika kau menginginkannya.” Ummu Salamah berkata, “Dan saat itu Bani Saad (keluarga Abu Salamah) mengembalikan putraku ke pangkuanku.” “Aku pacu untaku. Kugendong anakku dan kuletakkan ia bersamaku. Kami berangkat menuju Madinah untuk berkumpul dengan suamiku. Saat itu, tak ada seorang pun yang menemaniku.” “Aku berkata pada diriku, apakah aku akan bertemu dengan seseorang yang bisa mengantarkanku pada suamiku?” Saat sampai di Tan’im, Ummu Salamah bercerita, ia bertemu dengan Utsman bin Thalhah bin Abi Thalhah, keluarga dari Bani Abdud Dar. Ia berkata pada Ummu Salamah, “Mau ke mana hai putri Abu Umayyah?” “Aku hendak ke Madinah berjumpa dengan suamiku,” jawab Ummu Salamah. “Apakah ada orang yang menemanimu?” tanya Utsman lagi. “Demi Allah, tidak ada. Hanyalah Allah dan putraku ini,” jawab Ummu Salamah. Utsman bin Thalhah berkata, “Demi Allah, kau tak pantas dibiarkan sendiri.” Ia pun mengambil tali kekang onta Ummu Salamah, kemudian membawanya pergi.

Selanjutnya Ummu Salamah bercerita: “Demi Allah, aku tak pernah ditemani seorang laki-laki Arab pun yang aku pandang lebih mulia darinya. Apabila kami sampai di tempat istirahat, ia menghentikan untaku. Kemudian ia memperhatikan keadaanku. Sampai-sampai saat aku turun dari ontaku, dia pun memperhatikan ontaku itu. Ia pergi dan mengikat tungganganku di pohon. Setelah istirahat selesai, ia datang lagi dan berkata, ‘Naiklah’. Saat aku telah naik, ia mendekat dan mengarahkan perjalanan kami sampai kami ke tempat istirahat berikutnya.

コメント